Wacana keikut sertaan dokter berpolitik adalah sesuatu yang wajar. Menjadi aneh karena sebagian dokter sekarang dibesarkan di suatu masa dimana berpolitik dianggap tabu dan dikesankan kotor.

Kesan kotor yang dibentuk itu sebetulnya sengaja diciptakan rezim agar mereka bisa mengontrol kekuasaan. Kampanye yang massif pada saat itu mengakibatkan sebagian besar kita yang sebetulnya generasi emas dan modal kuat bangsa ini tercuci otaknya sehingga menganggap kotor politik dan generasi emas yang berkuliah di perguruan tinggi ter alienasi dari lingkungan perpolitikan dan perpolitikan dikuasai oleh kelompok kelompok lain. Siapa kelompok itu kita tahu bersamalah.

Ada pameo bahwa generasi dokter yang cerdas akan menjadi dokter spesialis, generasi yang biasa biasa saja akan duduk dibirokrasi dan generasi yang bersusah payah menyelesaikan pendidikannya dan jarang duduk di ruang kuliah akan menjadi politikus. Pada akhirnya pada dunia nyata posisinya terbalik dimana pola kekuatannya terbalik. Generasi dokter yang cerdas terpisah dari politik dan hidup didunia mereka sendiri dan dinina bobokkan dengan pengabdian. Hidup adalah pengabdian. Diciptakan jargon jargon serta program seperti dokter inpres, dokter PTT, dokter nusantara sehat, dokter WKDS tanpa punya kemampuan menolak. Konyolnya program tersebut diciptakan oleh para dokter juga yang ingin terlihat hebat tetapi dengan menggunakan tangan sejawatnya yang lain. Apakah mereka yang menggunakan bisa menapak jenjang yang lebih tinggi diperpolitikan?, tentu saja tidak. Karena mereka tidak didukung oleh kekuatan politik dan mereka mengharapkan dukungan politik dari mereka yang dari awalnya memang sengaja dan hidup dengan politik dengan tujuan memperoleh kekuasaan. Apakah dukungan politik itu bakal mereka peroleh?, tentu saja tidak. Karena yang memperoleh hasil adalah mereka yang berkeringat. Tentu saja ini hal ini bisa diperdebatkan tetapi masing masing kita tahu kebenarannya dalam hati walaupun mulut kita secara spontan menolaknya karena ingin dokter terlihat suci dan tanpa pamrih dipihak lain ke sucian dan ketanpa pamrihan itu dimanfaatkan para politikus untuk memanfaatkan kita.

Sudah saatnya kita para dokter berpolitik. Pendahulu pendahulu kita dahulu seperti Boedi Utomo dan banyak lain berpolitik untuk mencapai tujuannya. Kenapa kita seolah olah mengesankan politik itu kotor dan konyolnya yang menguasai kita justru yang kotor.

 

Keterpurukan profesi ini adalah akibat kita menghindari berpolitik dan bertahan dengan profesi dan berharap para politikus paham dan mengerti kita. Keinginan yang konyol dan terlihat seolah memelas. Betapa terlihat sangat bahwa profesi ini terlihat seperti peminta minta dan tidak diacuhkan didunia perpolitikan. Betapa organisasi profesi yang dikesankan bersih dan suci serta tanpa pamrih ini terlihat tak berdaya dan tak punya kuasa malahan untuk mengurus diri sendiri juga tak berkuasa.

Demi untuk dunia kedokteran yang lebih baik , kita harus mempertimbangkan keikut sertaan dokter dalam perpolitikan dan menjadi pengatur dalam dunia kesehatan. Tentu saja kalau kita membentuk partai politik sendiri akan kecil, tetapi bersama sama dengan praktisi kesehatan lain seperti perawat, bidan dan tenaga kesehatan yang lain yang sampai kedesa kita akan punya kekuatan besar. Tentu saja kita tak boleh eksklusif dan juga melibatkan profesi lain. Tetapi motornya adalah kita petugas dunia kesehatan dan dunia kedokteran. Kita yang menciptakan isu sendiri dan kita yang mengeksekusinya.

Kita ribut pada saat orang lain menjual profesi kita, sementara disisi lain kita tak berbuat apa apa. Dengan ketersebaran kita dan semua tenaga kesehatan sampai ke pelosok, akan gampang bagi kita membentuk kepengurusan bahkan sampai kedesa.

Demi untuk Indonesia yang lebih baik hal ini harus kita pertimbangkan.

Padang, 17 Maret 2018

Patrianef Patrianef
Dokter Spesialis Bedah
Subspesialis Bedah Vaskular.
Aktif diberbagai LSM
Aktif di Organisasi Profesi
Sekjen PDIB

Join with doktersiaga

Artikel Lainya

  1. Kiprah Komunitas Dokter Indonesia Di Masa Depan Dengan Membentuk Dan Mendirikan Partai Politik
  2. Inilah Hari Yang Bersejarah Bagi Dunia Kedokteran Indonesia
  3. 7 Penyakit dengan biaya pengobatan termahal
  4. BALADA DOKTER PUSKESMAS
  5. Jawaban Komnas HAM Terkait Wajib Kerja Dokter Spesialis