Samar-samar mataku menembus kabut di depanku.
Tampak olehku sebuah bayangan yang walaupun buram
Namun perlahan mulai nampak jelas
Terlihat sesosok tubuh yang membungkuk
Bukan karena sakit usia tua, walaupun dia nampak tak lagi muda
Ya, dia sedang mengerjakan sesuatu
Terlihat di ujung tangannya sebuah benda bulat yang berkilau dengan bagian seperti tali yang menggantung di lehernya
Di mana terurai rambutnya yang telah memutih
Ternyata benda tersebut adalah sebuah stetoskop
Tampak terbaring di depannya sesosok ringkih di atas sebuah dipan uzur yang seusia dengan bangsal perawatan tersebut
Tiba-tiba hampir seperti berbisik tubuh yang lemah itu berkata, "Dokter apakah penyakit saya masih dapat disembuhkan?"
Perlahan tubuh berjas putih yang mulai tampak menguning tersebut tegap berdiri
Sambil tersenyum hangat dia menjawab, "Teruslah semangat dan berdoa, saya akan berusaha dengan sekuat kemampuan saya untuk mengobati bapak"
Jawaban itu membuat tubuh yang terbaring lemah tersebut tersenyum
Lalu kemudian sang dokter mengambil sebuah map berwarna biru tua di samping dipan pasien itu
Dengan serius kemudian dia menulis apa hasil pemeriksaannya
Saat mau menulis terapi untuk pasiennya itu, tiba-tiba dirinya terhenyak
Nuraninya tak bisa bohong!
Obat-obatan yang akan diberikannya sudah beberapa bulan tidak ada lagi di Puskesmasnya itu
Sudah berkali-kali dirinya bertanya tentang hal itu
Tetapi jawabannya selalu sama
Sudah dipesan dan harap menunggu
Namun sampai hari ini, tetap belum tersedia
Apakah karena memang stoknya sudah habis ataukah karena anggarannya tidak mencukupi
Dia tidak tahu pasti
Dirinya hanyalah seorang dokter fungsional yang hampir pensiun di Puskesmas itu
Kepala Puskesmasnya bukanlah seorang dokter
Yang jika ditanya tentang kurangnya obat-obatan serta alat pemeriksaan kesehatan yang sudah tua bahkan tak berfungsi
Apalagi tentang laboratorium sederhana di Puskesmas itu yang sudah lama tidak beroperasi
Selalu menjawab pertanyaannya dengan ketus
Berbeda jika di saat pembagian jasa kapitasi
Sang Kepala tampak selalu bersemangat seolah-olah dirinyalah yang paling berkeringat di Puskesmas itu
Hal ini juga seirama dengan hasil pembagian tersebut
Iya, sang Kepala yang paling banyak mendapat bagiannya
Tetapi sang dokter tua sudah tidak lagi peduli akan hal itu
Dahulu sudah berkali-kali dia dan sejawat dokternya bertanya akan rumus-rumus pembagian itu yang membuat bingung
Mungkin memang sengaja dibuat membingungkan
Jawabannya sama seperti kata-kata oknum petinggi di instansi pusat yang membuat peraturan tersebut yang notabene adalah juga seorang dokter
"Dokter adalah profesi mulia, tugasnya adalah untuk pengabdian, janganlah materialistis"
Sungguh merupakan kata-kata yang indah buat sang dokter tua
Yang melunasi sebuah rumah sederhana di kecamatan tempat Puskesmasnya berdiri
Setelah mencicil selama hampir 20 tahun
Dimana dari rumahnya itu setiap paginya dia selalu berangkat bekerja dengan senyuman dan serantang makanan yang tergantung di setang motor butut yang selalu setia menemaninya
Sayang sampai di usia senja dirinya dan isterinya tidak dikaruniai seorang anak
Tapi pasien-pasiennyalah yang selalu dianggapnya sebagai anak-anaknya ataupun saudaranya
Kembali lagi pada sang dokter yang terhenyak saat menulis terapi
Tiba-tiba sang dokter kemudian berkata kepada tubuh lemah di depannya, "Maaf, mungkin besok bapak akan saya rujuk ke rumah sakit terdekat, jujur saja obat untuk menyembuhkan penyakit bapak sudah 2 bulan tidak tersedia di Puskesmas ini. Saya harap di rumah sakit itu obat-obatannya lengkap, sehingga bapak bisa sembuh"
Saat mengatakan hal itu di dalam hatinya dia khusyuk berdoa semoga harapannya itu terkabul
Belum habis doanya, tiba-tiba sosok yang terbaring lemah di depannya itu sambil tersenyum berkata, "Terimakasih dokter, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas semua amal dan bakti dokter"
Tiba-tiba tanpa dirinya tersadar
Ada butiran air yang menetes keluar dari kedua bola matanya
(Manado, 26 Oktober 2016, Jamesallan Rarung)
#Kupersembahkan buat puluhan ribu sejawat dokter yang bekerja di fasilitas kesehatan tingkat pertama di seluruh Indonesia
#SalamHormat
#KumpulanPuisidanSajak
#JamesallanRarung
Sumber Gambar : Merc