Dalam ketidakpastian dan ketidakadilan
Pernahkan kau bayangkan?

Teman-teman dokter di pedalaman sana
Yang mengorbankan diri bahkan nyawa atas nama pengabdian

Dan kalau lalai sedikit saja
Semua mulut ribut mengajukan gugatan
Dan di baliknya ternyata ada pemerasan
Pernahkah kau renungkan?

Dokter yang dilecehkan dan disalahkan
Sementara pengobatan jadi-jadian dibiarkan
Dengan iklan bohong penuh tipuan

Yang meminta sekian banyak korban berjatuhan
Kini dokter umum dituntut harus sekolah lagi
Menjadi Dokter Layanan Primer yang katanya lebih tinggi

Apa artinya ini, dan ada apa di balik ini?
Bukankah ini berarti Fakultas Kedokteran tidak berfungsi

Menghasilkan dokter yang mampu mengatasi masalah kesehatan anak negeri
Padahal akreditasinya mencapai A, nilai yang tertinggi?

Mengapa tidak kau renungkan dengan hati
Para dokter di banyak pelosok negeri
Yang tak mampu bekerja dengan pasti

Karena sarana prasarana yang tak mencukupi
Sementara obat palsu dan ilegal sekian lama dibiarkan tanpa sanksi

Dan herbal abal-abal terus beredar meracuni
Sampai kapan kau permainkan dokter yang selalu manut ini

Walaupun gajinya tak sebanding dengan tanggungjawab profesi
Dan dibandingkan sopir bus Jakarta gajinya tak lebih tinggi

Walaupun mereka menyebar sampai seluruh pelosok negeri
Yang hanya dapat ditandingi oleh menyebarnya pelaku korupsi

Hari ini biarkan para dokter turun bersama
Memutihkan jalanan seluruh penjuru negeri tercinta
Mempertanyakan tentang rencana yang penuh paksa
Sementara pusat kesehatan di pelosok sana dibiarkan merana

Apa yang kau mau sebenarnya?
Masyarakat pasti perlu dokter yang profesional
Yang tak kalah dengan dokter dari luar sana
Tapi mana bisa bekerja maksimal
Kalau sarana dan obat berkualitas tak tersedia
Sementara kau di sana mungkin bergaji di atas rata-rata

Ayo kita putihkan seluruh negeri
Dengan tuntutan yang penuh nurani
Karena dokter mesti bekerja sesuai profesi
Bukan boneka yang ditarik ke sana sini
Untuk kepentingan yang tak pasti

Menyambut aksi damai dokter Indonesia
24 Oktober 2016

Oleh Wimpie Pangkahila