Jika saya Menteri Kesehatan Republik Indonesia, maka saya akan melakukan beberapa hal untuk menjadi fokus saya. Tentunya harus menyingkirkan beberapa program fatamorgana misalnya salah satunya adalah pendidikan dokter layanan primer (DLP) yang membuang-buang waktu, tenaga dan anggaran serta masih banyak lagi program fatamorgana di bidang kesehatan yang mirip.

Adapun hal-hal sederhana yang akan saya lakukan dengan cepat dan terukur, diantaranya adalah: 

1. Melakukan Revolusi Mental kepada seluruh staf di Kementerian saya. Jika ada yang melanggar atau tidak mematuhi, hukuman sangsinya sampai pada pemecatan. 

2. Program utama saya adalah memperkuat infrastruktur kesehatan di seluruh Indonesia. Saya akan melakukan program utama yang bernama: 


"Urat Nadi Kesehatan Indonesia"


Langkah-langkah sederhananya adalah: 

1. Pemetaan wilayah kerja kesehatan langsung diikuti dengan pembuatan jalur atau urat nadi kesehatan (mirip jalur kereta api atau jalan tol atau jalan by pass, namun di sini berwujud klinik praktek dokter, Puskesmas dan RS-RS) tentunya diikuti dengan proporsionalitas pembangunan cepat sarana-prasarana kesehatan tersebut jika belum tersedia. 

2. Selanjutnya pada titik-titik utama "urat nadi kesehatan" ini, dibuat "jaring keselamatan hidup" (live saving network). Caranya, menghubungkan semua menjadi satu sistem kerja, yaitu untuk semua praktek dokter mandiri/ klinik dokter, puskesmas, RS negeri dan swasta di sekitar jalur urat nadi tersebut. Jaring keselamatan ini disediakan dan diberdayakan semua alat dan jalur transportasi (mobil, perahu, kapal, helikopter, pesawat, dll) sesuai kebutuhannya, jika kurang ditambah. Penuhi kebutuhan alat kesehatan dasar untuk lini pertama di jaring terluar. 

3. Buat tim gabungan antara lain terdiri dari dokter umum dan dokter spesialis serta tenaga kesehatan penunjangnya (mirip tim Nusantara Sehat namun ditambah dengan Spesialis Bedah dan Obsgin), peralatan dan kebutuhan obat-obatan untuk 6 bulan semuanya dibawa tim ini (mirip tim taktis pasukan khusus TNI), untuk daerah-daerah yang sangat terpencil kalau perlu mereka ditambah dengan beberapa personil zeni tempur TNI (jadi kerjasama dengan TNI, tapi anggota TNI ini untuk sementara memakai seragam kesehatan). Tim ini dapat di "rolling" setiap 6-12 bulan. 

4. Semua tempat mulai dari Sabang sampai Merauke, dihubungkan dengan "urat nadi kesehatan Indonesia" dan "jaring keselamatan hidup" ini. Muaranya sampai di pusat-pusat rujukan Nasional. 

5. Untuk semua hal ini tentunya bekerjasama dengan semua pihak baik di Pusat dan Daerah, sehingga untuk mempermudah koordinasi, maka harus ditunjang dengan peraturan berupa Keputusan Presiden (Keppres) dan tentunya digabungkan di sini juga adalah sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).


Demikianlah langkah sederhana yang dapat dilakukan demgan cepat dan terukur ini. Kita saat ini perlu program yang langsung diterapkan dan dirasakan oleh rakyat Indonesia. Bukan program yang bertele-tele dan fatamorgana. Semoga ke depannya kesehatan rakyat Indonesia makin baik, sehingga negara kita akan makin maju dan berjaya. Ayo kita kerja! 


Jayalah Bangsaku! Indonesia Jayamahe!     


James Allan Rarung 

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu Pusat


Artikel Terkait

  1. Mungkinkah Menteri Kesehatan Tidak Harus Selalu Dokter?
  2. Apakah KARS Masih Diperlukan, Setelah Ada Rumah Sakit Terakreditasi Utama Ditutup?
  3. Masihkah Anda Ingin Menjadi Dokter di Indonesia
  4. Inilah Hari Yang Bersejarah Bagi Dunia Kedokteran Indonesia
  5. 11 Juni 2017 Hari Lahirnya PANCASATYA DOKTER INDONESIA