Dalam artian umum, tumor adalah benjolan atau pembengkakkan tidak normal dalam tubuh. Sedangkan dalam artian khusus, tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Neoplasma ganas (kanker) merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus menerus, menyusup, dan tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya dan bagian tubuh lainnya.
Saat ini salah satu jenis kanker yang sangat menakutkan bagi perempuan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yaitu kanker payudara. Berdasarkan International Agency for Research on Cancer (IARC), GLOBOCAN, pada tahun 2012 terdapat kasus baru kanker sebesar 14.067.894 dan kematian akibat kanker sebesar 8.201.575 di seluruh dunia. Berdasarkan GLOBOCAN, pada tahun 2012 kasus baru kanker payudara adalah sebesar 43,3% dan kanker payudara adalah penyebab kematian terbanyak (12,9%) pada wanita di Dunia setelah kanker mulut rahim (kanker servik).
Sedangkan angka kematian di Indonesia untuk kanker payudara adalah 16,6 kematian per 100.000 penduduk, diikuti kanker mulut rahim adalah 8,2 kematian per 100.000 kematian. Beberapa wanita dengan kanker payudara mempunyai jumlah hormon reseptor estrogen2-positif (Hormone Estrogene Receptor2-positive /HER2-positive) yang lebih banyak daripada wanita dengan jenis kanker payudara yang lain.
Sekitar 65% dari kanker payudara ini mempunyai hormon reseptor progesteron-positif (Hormone Progesterone Reseptor2-positive/HPR2-positive). Terapi hormonal adalah terapi sistemik yang mengenai dimanapun sel kanker berada di dalam tubuh, termasuk di payudara. Waktu pemberian terapi hormonal adalah setelah dilakukannya operasi. Berdasarkan hal tersebut, terapi hormonal direkomendasikan untuk kanker payudara dengan HER2-positif atau HPR2-positif pada negara maju dan berkembang. Selama beberapa dekade, penggunaan tamoxifen selama 5 tahun adalah standar terapi hormonal. Pada menopause, pemberian inhibitor aromatase (IA) adalah sebagai alternatif untuk tamoxifen atau secara berurutan setelah tamoxifen.
TERAPI HORMONAL
Tujuan pemberian terapi hormonal pada kanker payudara adalah sebagai berikut, menekan risiko terjadinya kekambuhan kanker payudara, mengobati sel-sel kanker yang sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain (metastasis). Mekanisme kerja terapi hormonal meliputi menghambat reseptor estrogen, menurunkan kadar estrogen.
1.MENGHAMBAT RESEPTOR ESTROGEN
Obat yang menghambat reseptor estrogen adalah sebagai berikut tamoxifen, toremifen (fareston), fulvestrant (faslodex).
A.TAMOXIFEN
Mekanisme kerja tamoxifen ialah menghambat reseptor estrogen pada sel kanker payudara sehingga memutuskan ikatan antara reseptor estrogen dengan sel kanker.7 Tamoxifen bekerja sebagai anti estrogen di payudara, uterus, dan tulang. Hal ini menyebabkan tamoxifen disebut sebagai selective estrogen receptor modulator (SERM). Pemberian tamoxifen selama 2 tahun menurunkan kematian akibat kanker payudara pada usia kurang dari 40 tahun (HR= 0,37%, 95% CI, 0,17 to 0,82, P= .044) (Loe 1).8 Sedangkan pemberian tamoxifen selama 2 tahun menurunkan kematian akibat kanker payudara pada usia lebih dari 40 tahun (HR= 0,87%, 95% CI, 0,61 to 1,22, P= .044) (Loe 1). Dalam sidang Adjuvant Tamoxifen Longer Against Shorter (ATLAS), pemberian tamoxifen dalam jangka waktu 10 tahun mempunyai rasio risiko kekambuhan kanker payudara secara signifikan lebih rendah yaitu 21,4% (RR= 0,75%, 95% CI, 0,62) (Loe 1) dibandingkan dengan pemberian tamoxifen dalam jangka waktu 5-9 tahun yaitu 25,1% (RR= 0,9%, 95% CI, 0,79 to 1,02, P= 0,0002).9 Dosis pemberian tamoxifen yaitu tamoxifen 20 mg 1x1 selama minimal 5 tahun.
Gambar 1. Tamoxifen
Gambar 2. Toramifen
B. TOREMIFEN (FARESTON)
Mekanisme kerja toremifen adalah sama seperti tamoxifen yaitu sebagai anti estrogen dan SERM.7 Toremifen dan tamoxifen mempunyai efikasi (manfaat) dan toleransi yang sama. Waktu pemberian toremifen yaitu pada kanker payudara yang sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Manfaat pemberian toremifen ialah menurunkan kekambuhan kanker payudara (HR= 0,8%, 95% CI, 0,6 to 1,2, P= 0,237) dan menurunkan terjadinya kematian (RR= 0,9%, 95% CI, 0,7 to 1,2, P= 0,66) LoE 1).10 Dosis pemberian toremifen yaitu toremifen 60 mg 1x1.
C. FULVESTRANT (FASLODEX)
Mekanisme kerja fulvestrant ialah menghambat reseptor estrogen dan menghilangkan kerja reseptor estrogen secara sementara. Fulvestrant adalah bukan SERM. Hal ini menyebabkan fulvestrant bekerja sebagai anti estrogen di seluruh tubuh. Pemberian fulvestrant hanya pada wanita yang sudah menopause. Oleh karena itu, pada wanita belum menopause, pemberian fulvestrant dikombinasikan dengan Luteining-Hormone Releasing Hormone (LNRH). Manfaat pemberian fulvestrant yaitu menekan terjadinya gejala kanker payudara, memperbaiki kualitas hidup, dan meningkatkan angka harapan hidup.11 Berdasarkan penelitian Cochrane Database of Systemic Reviews (CDSR), pemberian fulvestrant meningkatkan harapan hidup (HR= 0,95%, 95% CI, 0,89 to 1,02, P= 0,18) (Loe 1). Dosis pemberian fulvestrant yaitu pada bulan pertama, pemberian suntikan fulvestrant setiap dua minggu sekali. Kemudian pemberian suntikan fulvestrant setiap satu bulan sekali.
II. MENURUNKAN KADAR ESTROGEN
Mekanisme kerja beberapa terapi hormon yaitu menurunkan kadar estrogen didalam tubuh. Hal ini menyebabkan menghambat pertumbuhan sel kanker dan mencegah kekambuhan sel kanker. Terapi hormon yang menurunkan kadar estrogen yaitu inhibitor aromatase (IA) dan ablasi ovarium (AO).
A.INHIBITOR AROMATASE
Mekanisme kerja IA yaitu menghentikan pembuatan estrogen. Sebelum menopause, ovarium membuat estrogen.7 Macam-macam obat IA yaitu letrozole (femara), anastrozole (arimidex), dan exemestan (aromasin). Pemberian anastrozole, exemestane, dan letrozole menunjukkan manfaat yang sama dalam harapan hidup (HR= 0,88%, 95% CI, 0,8 to 0,96) (LoE 1).12 Cara pemberian IA adalah sebagai berikut:7
1. Pemberian tamoxifen selama 2-3 tahun. Kemudian, dilanjutkan pemberian IA sampai 5 tahun.
2. Pemberian tamoxifen selama 5 tahun. Kemudian, dilanjutkan pemberian IA selama 5 tahun.
3. Pemberian IA selama 5 tahun.
B. ABLASI OVARIUM
Salah satu mekanisme kerja ovarium yaitu menghasilkan estrogen. Ablasi ovarium ialah proses menghentikan kerja ovarium sehingga ovarium tidak menghasilkan estrogen. Cara melakukan ablasi ovarium yaitu oophorektomi, analog LNRH, dan obat-obat kemoterapi. Berdasarkan penelitian The Early Breast Cancer Trialists Collaboration Group (EBCTCG), rasio kekambuhan kanker payudara pada AO lebih baik dibandingkan dengan tidak diberikan terapi hormonal (RR= 0,72%, 95% CI, 0,64 to 0,82) dan rasio kematian akibat kanker payudara pada AO lebih baik dibandingkan dengan tidak diberikan terapi hormonal (RR= 0,71%, 95% CI, 0,62 to 0,83). Pemberian AO dikombinasikan dengan tamoxifen, kekambuhan lebih baik dibandingkan dengan pemberian hanya tamoxifen (HR= 0,91%, 95% CI, 0,78 to 1,07). Sedangkan kematian akibat kanker payudara lebih baik pada AO yang dikombinasikan dengan tamoxifen dibandingkan dengan pemberian hanya tamoxifen (HR= 0,89%, 95% CI, 0,73 to 1,09).13
DAFTAR PUSTAKA
- America Cancer Society. Breast cancer. [Diunduh tanggal 6 Juli 2017]. Tersedia dari: https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/understanding-a-breast-cancer-diagnosis/breast-cancer-her2-status.html.
- College of American Pathologists: Breast cancer: Invasive ductal carsinoma. 2011. http://www.cap.org/apps/docs/reference/mybiopsy/breastinvasiveductalcarsinoma.pdf.
- WebMD: Type of breast cancer: ER positive, HER2 positive, and triple negative. 2012. http://www.webmd.com/breast-cancer/breast-cancer-typeser-positive-her2-positive.
- National Cancer Institute: Hormone therapy for breast cancer. 2012. http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/therapy/hormone-therapy-breast.
- Caring 4 Cancer. Estrogen receptor status may determine chemotherapy use. 2010. https://www.caring4cancer.com/go/breast/treatments/chemotherapy/estrogen-receptor-status-may-determinechemotherapy-use.html.
- Burstein HJ, Prestrud AA, Seidenfeld J, et al. American society of clinical oncology clinical practice guideline: Update on adjuvant endocrine therapy for women with hormone receptor positive breast cancer. J Clin Oncol. 2010;28:3784-3796.
- American Cancer Society. Hormone therapy for breast cancer. [Diunduh tanggal 6 Juli 2017]. Tersedia dari: https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/treatment/hormone-therapy-for-breast-cancer.html.
- Ekholm M, Bendahl P, Ferno M, et al. Two years of adjuvant tamoxifen provides a survival benefit compared with no systemic treatment in premenopausal patients with primary breast cancer: Long-term follow –up (>25 years) of the phase III SBII: 2 Pre tial. J Clin Oncol. 2016;34:2232-2238.
- Davies C, Pan H, Godwin J, et al. Long-term effects of continuing adjuvant tamoxifen to 10 years versus stopping at 5 years after diagnosis of oestrogen receptor-positive breast cancer: ATLAS, a randomised trial. Lancet. 2013;381:805-816.
- Qin T, Yuan ZY, Peng RJ, Zeng YD, et al. Efficacy and tolrerability of toremifene and tamoxifen therapy in premopausal patients with operable breast cancer: a retrospective analysis. Curr Oncol. 2013. Vol. 22, PP. 196-204.
- Lee CI, Goodwin A, Wilcken N. Fulvestrant for hormone-sensitive metastatic breast cancer. Cochrane Database of Systemic Reviews. 2017.
- Gibson L, Lawrence D, Dawson C, Bliss J. Aromatase inhibitors for treatment of advanced breast cancer in postmenopausal women (review). Cochrance Database of Systemic Reviews. 2009.
- Eisen A, Messersmith H, Franek J, Trudeau M. Breast cancer disease site group. Adjuvant ovarian ablation in the treatment of premenopausal women with early stage invasive breast cancer. Toronto (ON): Cancer care Toronto. 2010.
Apakah ini artikel favorite kamu? Ikuti Quiznya dan dapatkan hadiah menginap 2 malam di villa jimbaran bali
Quiz Doktersiaga Award