PERTUMBUHAN merupakan komponen penting dalam menilai status nutrisi dan dapat digunakan sebagai indikator dari kesehatan/kesejahteraan individu maupun populasinya. Gangguan pertumbuhan masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Data sementara Survei Kesehatan Nasional 2008 menunjukkan bahwa prevalensi perawakan pendek 37 persen pada balita yang diakibatkan selain oleh karena kurangnya pasokan gizi saat pertumbuhan, juga berat saat lahir di bawah standar 2,5 kilogram. Menurut hasil Susenas 2005, prevalensi anak balita yang mengalami gizi kurang (underweight)sebesar 28 persen, sedangkan (wasting) sebesar 15,5 persen. Oleh karena itu, kegiatan deteksi pertumbuhan masih perlu ditingkatkan. 

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran- ukuran tubuh, baik fisik(anatomi) maupun struktural dalam arti sebagian atau keseluruhan. Deteksi pertumbuhan merupakan kegiatan rutin pelayanan kesehatan baik di tingkat pelayanan kesehatan dasar/puskesmas maupun di tempat rujukan/rumah sakit, dilakukan untuk memantau dan menentukan apakah pertumbuhan seorang anak berjalan sesuai atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun statistik. Anak yang sehat akan menunjukkan pertumbuhan yang optimal, apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial yang adekuat. Faktor penentu kualitas pertumbuhan anak adalah faktor intrinsik (genetik, kelainan kongenital, dan hormonal) dan faktor ekstrinsik (kualitas dan kuantitas nutrisi, penyakit kronik, serta gangguan emosional). Deteksi pertumbuhan perlu dilakukan sendini mungkin sejak masih di dalam kandungan.

Berdasarkan penelitian pada anak Asia, ternyata ukuran antropometri saat lahir berpengaruh terhadap kecerdasan anak di kemudian hari. Semakin panjang, semakin berat dan semakin besar lingkaran kepala, tetapi masih dalam rentang normal , berhubungan dengan semakin  tingginya nilai IQ anak pada usia 8-12 tahun. Pola pertumbuhan anak sudah dapat diperkirakan misalnya peningkatan berat janin paling besar terjadi pada trimester ketiga. Untuk melakukan penilaian pertumbuhan bayi dan balita, diperlukan pengukuran antropometri  secara berkala agar dapat mengetahui perubahan yang terjadi. Pengukuran yang dilakukan satu kali hanya menunjukkan ukuran pada saat itu dan tidak memberikan informasi perubahan yang terjadi, apakah terjadi peningkatan atau penurunan. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran secara cermat dan membandingkan dengan pengukuran sebelumnya. Pengukuran antropometri sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah terlatih, sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, serta menggunakan baku pertumbuhan.

Pada saat ini di masyarakat Indonesia, terdapat dua macama alat untuk memantau atau melakukan deteksi dini pertumbuhan yaitu Kartu Menuju Sehat(KMS) dan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA). Pada KMS dan buku KIA terbaru (2009-2010), sudah berdasarkan z skor dari baku WHO 2006. Pada buku KIA selain berisi KMS berisi pesan- pesan penting dan catatan kesehatan ibu dan anak, terdiri dari dua bagian: bagian pertama merupakan bagian ibu dan bagian kedua merupakan bagian anak. Bagian ibu berisi catatan – catatan dan pesan- pesan penting untuk menjaga kesehatan sejak hamil, pada waktu melahirkan, sampai masa nifas. Bagian anak berisi catatan dan pesan- pesan penting untuk menjaga kesehatan sejak lahir sampai usia 5 tahun, tentang ASI eksklusif, juga tentang imunisasi, cara pemberian MP ASI, cara mengatasi penyakit yang sering diderita, serta mencegah kecelakaan.

Penulis : Eddy Fadlyana

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Artikel sudah pernah di muat pada Kompas, Kolom Klasika, tanggal 23 Desember 2012.