Dasar dari adanya profesi dokter di bumi zamrud katulistiwa Nusantara ini adalah Pendidikan. Ya pendidikan. Berawal dari gonjang-ganjingnya Ibu Negeri penjajah yakni Netherland, di mana munculnya gerakan pembaharuan dan kesetaraan baik bagi negeri induk maupun tanah jajahan. Maka para aktivis pembaruan yang mengangkat isu kemanusiaan dan etika bernegara, mendapat angin segar dari Parlemen Negeri Raja William III kala itu.

Berlanjut dari hal tersebut, maka pada tanggal 2 Januari 1849, dikeluarkanlah Keputusan Gubernur Jenderal, yaitu Keputusan Gubernemen nomor 22, yang menetapkan akan diselenggarakannya pendidikan kedokteran di Indonesia ('Nederlandsch Indie'). Dan kemudian ditetapkan untuk awal tempat pendidikannya adalah di Rumah Sakit Militer. Selanjutnya pada bulan Januari 1851, didirikanlah Sekolah Pendidikan Kedokteran di daerah Weltevreden Gambir, Batavia. Mula-mula anggotanya berjumlah 12 orang murid dengan lama pendidikan 2 tahun. Kurang lebih 2 tahun kemudian, yaitu pada bulan Juni 1853, dikeluarkanlah Surat Keputusan Gubernemen tertanggal 5 Juni 1853 nomor 10, yang menetapkan bahwa lulusan sekolah dokter yang pertama ini diberi gelar 'Dokter Djawa'. Inilah cikal bakal dokter anak negeri, negeri tercinta Indonesia. 

Ya cikal bakal, karena beberapa tahun kemudian tepatnya 45 tahun kemudian yaitu tahun 1898 berdirilah sekolah pendidikan kedokteran yang disebut STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen), di mana meskipun singkatannya sama namun sebelumnya sekolah ini bernama School tot Opleiding van Inlandsche Geneeskundigen. Dari sekolah inilah kemudian dicetak para teruna bangsa, yang kemudian beberapa di antaranya kemudian mendirikan organisasi pemuda kebangsaan 'Boedi Oetomo' pada tanggal 20 Mei 1908. Tonggak kebangkitan bangsa Indonesia telah dipancangkan!


Join Doktersiaga Community


Sejarah pendidikan kedokteran negeri indah kita ini terus bergulir, di mana kemudian terbentuk NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) pada tanggal 1 Juli 1913. Dengan demikian, makin banyaklah para lulusan dokter anak negeri. Sehingga dari motivasi awalnya untuk memperoleh pengakuan yang setara dengan para dokter lulusan negeri Belanda dan Eropah. Maka mereka kemudian berkumpul di Jakarta dan pada tanggal 22-25 September 1950, Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yang kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta. Sebanyak 181 dokter WNI (62 di antaranya datang dari luar Jakarta) menghadiri Muktamar tersebut. Dalam Muktamar IDI itu, dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama. Inilah tonggak sejarah berdirinya Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Nah, sebelum berdirinya IDI ini, ternyata telah beberapa organisasi dokter yang dibentuk dan beberapa kali juga berubah namanya. Yang pertama pada tahun 1911 berdiri perhimpunan yang bernama Veren iging van lndische Artsen, dengan tokohnya adalah dr. J.A. Kayadu, dr. Wahidin, dr. Soetomo dan dr. Tjiptomangunkusumo. Selanjutnya seiring makin banyaknya lulusan dokter, baik jebolan STOVIA maupun NIAS, maka pada tahun 1926 perkumpulan atau organisasi dokter 'Vereniging van lndische Artsen' berubah namanya menjadi 'Vereniging van lndonesische Geneeskundige' (VIG) dengan tokohnya dr. Bahder Djohan.

Akibat terjadinya perubahan penguasa negeri dari Belanda ke Jepang dan kemudian kembali lagi datangnya NICA-Belanda. Maka pada tahun 1948, didirikanlah Perkumpulan Dokter Indonesia (PDI), yang dimotori kalangan dokter-dokter muda di bawah pimpinan dr. Darma Setiawan Notohadmojo. Hampir bersamaan dengan itu, muncul pula Persatuan Thabib Indonesia (Perthabin) cabang Yogya yang dianggap sebagai kelanjutan dari VIG.

Namun melihat adanya kesamaan visi dan misi dari kedua organisasi ini, maka diadakanlah pertemuan antara PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) yang diketuai dr. Abdoel Rasjid dan DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) dan menyelenggarakan rapat pada tanggal 30 Juli 1950. Atas usul dr. Seno Sastromidjojo dibentuklah panitia penyelenggara Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI), yang diketuai dr. Bahder Djohan. Panitia ini bertugas menyelenggarakan ‘Muktamar Dokter Warganegara Indonesia’. Muktamar ini kemudian dinamakan Muktamar Ikatan Dokter Indonesia seperti yang disebutkan di atas tadi dan terbentuklah gabungan organisasi tersebut yang dinamakan IDI.

Melihat sejarah di atas tadi, maka kita hendaknya merenung sejenak. Ternyata para senior pendahulu kita, telah membentuk suatu wadah dengan tujuan utamanya adalah bersatu. Ya persatuan dokter Indonesia. Lalu bagaimana saat ini? Apakah saat ini dokter Indonesia masih memiliki semangat persatuan tersebut?

Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (P-DIB) & Gerakan Moral Dokter Indonesia Bersatu (GM-DIB) memiliki roh perjuangan yang sama, yaitu menuntut adanya persamaan atau keadilan dalam aspek pelayanan kesehatan baik bagi dokter, dokter gigi dan masyarakat Indonesia.

Untuk menjawabnya saya sangat sedih. Kenapa demikian? Karena meskipun saat ini organisasi IDI masih berdiri, namun banyak anggotanya tidak mempunyai visi dan misi yang sama. Padahal dahulu IDI digabungkan dari 2 organisasi dokter sebelumnya yang kemudian menjadi satu, dengan dasar kesamaan visi dan misi. Oleh karena itu, marilah kembali kita merenungkan kondisi organisasi dokter saat ini. Apakah langkah yang harus dilakukan? IDI hendaknya kembali 'turun dan menjadi satu' dengan para anggotanya, raihlah mereka. Janganlah malah menebar praduga dan kecurigaan yang tak berbentuk. Mari kita galang, ajak duduk bersama, saling berdiskusi dengan terbuka. Maka saya yakin IDI akan makin kuat.

Akhir-akhir ini memang santer terdengar bahwa akan adanya 'IDI tandingan'. Awalnya adalah dengan terbentuknya Gerakan Moral Dokter Indonesia Bersatu (GM-DIB), dan makin berguncang lagi dengan berdirinya Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (P-DIB) di mana sebagian aktivis GM-DIB yang dikeluarkan dan yang mengundurkan diri, kemudian membuat Akta Notaris dan mendaftarkan dirinya ke Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) Kementerian Hukum dan Ham Republik Indonesia.

Tidak ada yang salah dengan Gerakan Moral DIB (GM-DIB). Mereka merupakan kumpulan dokter dan dokter gigi yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia, mereka menginginkan adanya pelayanan kesehatan yang berkeadilan baik bagi dokter maupun rakyat Indonesia. Mereka pun jelas-jelas menyatakan bahwa mereka bukanlah organisasi, mereka hanyalah suatu gerakan yang independen dan otonom. Ini jelas terlihat dari visi dan misi mereka.

Begitu juga dengan Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (P-DIB), mereka hampir sama dengan GM-DIB dari visi dan misinya, meskipun dalam visi dan misi P-DIB ini ditambah dengan kata-kata pendidikan dan perlindungan hukum dan motto 'Membantu Dokter, Menolong Rakyat'. Namun pada esensinya keduanya adalah sama. Yang berbeda hanyalah yang satu adalah tanpa bentuk dan status hukum sedangkan yang satu adalah sebaliknya. Akan tetapi mereka sebenarnya memiliki roh perjuangan yang sama, yaitu menuntut adanya persamaan atau keadilan dalam aspek pelayanan kesehatan baik bagi dokter, dokter gigi dan masyarakat Indonesia. Bukankah hal ini, sangat mirip dengan motivasi awal berdirinya VIG yang merupakan cikal bakalnya IDI, yaitu ingin adanya persamaan antara pelayanan dokter Indonesia dan dokter Belanda serta Eropah?

Begitu pula baik GM-DIB dan P-DIB, keanggotaan mereka adalah terdiri dari dokter, dokter gigi dan Mahasiswa. Jadi sudah jelas bukanlah suatu organisasi profesi, apalagi disebut sebagai 'IDI tandingan'. Malah dalam AD/ ART P-DIB hal ini ditegaskan dan jelas tertulis. Malah dalam berbagai tulisan di media sosial, beberapa pengurus P-DIB sangat jelas menyatakan bahwa mereka mendukung IDI dan PDGI sebagai satu-satunya organisasi profesi dokter dan dokter gigi Indonesia. Maka dengan demikian, apalagi yang harus dikuatirkan?

Malahan ini adalah kesempatan emas buat IDI maupun PDGI untuk menggandeng keduanya. Bukalah saluran kerja sama, dengan demikian kedua wadah ini akan ikut membantu dan menyokong IDI maupun PDGI. Apalagi jika dilihat dari visi dan misi serta AD/ ART P-DIB, di sana sangatlah terlihat bahwa organisasi ini sangat fleksibel dan terbuka untuk bekerjasama baik dengan Pemerintah maupun Swasta termasuk berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM). Iya, karena pada dasarnya organisasi ini adalah juga LSM. Dengan demikian mereka akan sangat mudah melakukan kegiatan baik ilmiah, pengabdian masyarakat maupun menggalang dana. Ini bisa terjadi, karena mereka telah berbadan hukum, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum semua kegiatan dan program kerjanya. 

Bukankah hal ini adalah terobosan? Jadi marilah para petinggi IDI dan PDGI, rangkullah mereka. Karena sebagian dari mereka juga adalah anggota kalian. Benar, mereka adalah anggota IDI, PDGI dan juga termasuk mahasiswa. Bukankah ini merupakan wadah yang fleksibel. Karena saya yakin, mereka-mereka yang ada baik di dalam GM-DIB maupun P-DIB akan berjuang juga dengan segenap daya dan upaya untuk membantu memperkuat rumah besar mereka, yaitu IDI dan PDGI. 

Semoga ke depan nanti, kita bisa satukan visi dan misi kita. Sehingga kita dapat bersatu. Memang kita tidak bisa bergabung menjadi satu, oleh karena berbeda keanggotaan dan dasar pembentukannya. Akan tetapi kita dapat bersatu-padu dalam kerja dan karya kita untuk membantu rakyat Indonesia. Dengan demikian pembangunan dan upaya kesehatan yang telah dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah, akan dapat berjalan dengan lancar sehingga bangsa kita akan makin kuat dan maju, bukan hanya di bidang kesehatan saja akan tetapi di segala bidang.


Hidup dan Jayalah Bangsaku! 

Indonesia Jayamahe! 

James Allan Rarung 

Dokter Indonesia


Artikel Terkait

  1. 11 Juni 2017 Hari Lahirnya PANCASATYA DOKTER INDONESIA
  2. Inilah Hari Yang Bersejarah Bagi Dunia Kedokteran Indonesia
  3. Inilah penghargaan di bidang kesehatan & kedokteran
  4. Dibalik Aksi Demo Nasional Dokter Indonesia Yang Pertama Kalinya