Menurut saya , ruang publik dunia kesehatan saat ini adalah ruang yang terlihat kosong. Memang ada satu dua material yang mengisinya, tetapi lebih banyak kekosongan dan kehampaan.

Ruang publik dunia kesehatan harusnya bergerak dan diisi oleh ide ide kreatif yang bergerak dan berfikir jauh 20-30 tahun kedepan.

Memikirkan nasib bangsa ini terutama dunia kesehatan kedepannya dan bisa membentuk dan memprediksi dunia kesehatan dan kedokteran serta mampu dipahami dan dimengerti serta pada waktunya diterima dan diperjuangkan publik.

Dunia kesehatan kita sesungguhnya bukannya tanpa ide dan kreatifitas. Tetapi ide dan kreatifitas itu berhenti pada sebuah ruangan yang bernama penelitian dan tertutup rapi dalam balutan balutan kertas bergambar dan berlogo universitas serta disimpan di ruang perpustakaan dan dunia maya dan dikunci dengan password yang berlapis lapis dan ditambah lagi dengan bayaran jika ingin mengunduhnya, membacanya dan memahaminya.

Ide ide yang ada meng eksklusifkan dirinya dan memposisikan dirinya lebih tinggi sehingga susah dijangkau dan dicerna oleh publik yang awam. Padahal bahasa awam berbeda dengan bahasa publik. Bahasa awam adalah bahasa yang sederhana, yang membumi dan gampang dimengerti.

Dunia kesehatan dan dunia kedokteran sesungguhnya memiliki banyak orang orang pintar dan orang orang sangat cerdas , tetapi mereka dikungkungi oleh dunia mereka sendiri. Mereka berharap dunia yang memahami ide ide mereka. Tetapi mereka tidak berusaha menyampaikan ide ide itu dalam bahasa awam dan tidak berusaha mengisi ruang ruang publik dengan ide ide tersebut. Mereka berharap sebaliknya. Harapan mereka justru publiklah yang memahami mereka.

Kita kekurangan ini di tataran praktis karena kita para dokter memang disiapkan untuk mengisi sebuah ruang eksklusif dan bangga berada didalamnya. Kita sesungguhnya berada disebuah ruangan gedung tinggi , tertutup tembok tebal dan tidak bisa melihat dunia luar kita. Kita terkungkung dan terisolasi. Komunikasi kita dengan publik lebih banyak diisi di ruangan klinik dan ruang perawatan dimana diskusi terhenti hanya pada tataran hubungan pasien dan dokter. Tidak lebih daripada itu

Ada sedikit ruangan terisi di publik, tetapi itu cenderung berisi hujatan dan kritikan yang cenderung menimbulkan resistensi dari publik dan penguasa. Dalam bahasa sebaliknya tentu saja kita juga memberikan pembelaan bahwa hujatan tersebut karena ruang formal yang ada sudah tertutup. Tetapi kita lupa, bahwa jika ruang formal tertutup, masih ada ruang publik yang bisa kita isi dengan ide ide yang membumi seperti media sosial.

Saatnya kita para dokter berfikir bahwa kita lah yang membutuhkan dunia di luar kita. Saatnya kita menyampaikan fikiran kita dalam bahasa yang sederhana. Saatnya kita berada bersama sama mereka. Saatnya kita keluar dari rumah kita dan melihat dunia dengan kacamata rakyat, bukan kaca mata kita. Saatnya kita memenuhi dunia kesehatan dengan ide ide dan kreatifitas bukan dengan hujatan dan cacian.

Kita para dokter indonesia harus berubah dan sekaranglah saatnya berubah.

Jakarta, 9 November 2018

Patrianef Patrianef
Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Vaskular
Dosen Fakultas Kedokteran
Pengurus IDI Wil DKI
Aktifis LSM (Komnas Kes, PDIB, LBHDI, APNAKESINDO)