Pelayanan kesehatan primer pada era JKN sudah berjalan sejak 2014. Namun, model organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan primer, baik yang dilakukan di Puskesmas, fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan Klinik Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3), masih belum dibakukan secara integratif, strategis, efektif, efisien, berkualitas, merata, terjangkau ( Handal, Jack R, 2015). Sehingga hasilnya pelayanan kesehatan primer tidak akan optimal dan bisa berdampak pada meningkatnya rujukan ke rumah sakit.

Ciri pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan Dokter Keluarga yang lebih promotif preventif (supportive medicine), sangat berbeda dengan model pendekatan klinis yang kuratif (antidotum medicine),dari pelayanan kesehatan primer masa sebelum BPJS. Sedang ciri-ciri pendekatan kesehatan primer peserta BPJS Kes di era JKN, seharusnya memiliki ciri:

1.Sasaran pelayanan bukan hanya individu, tetapi meliputi keluarga; komunitas
2.Pendekatan lebih holistik dan komprehensif
3.Mengutamakan upaya promotif preventif
4.Intervensi kesehatan yang rasional (aman; efektif; murah; bisa diterima)
5.Pelayanan berkelanjutan
6.Advokasi dengan pemberdayaan kesehatan bagi sasaran .

Suatu contoh : modul primbon hidup sehat untuk penyakit umum degeneratif khususnya penyakit diabetes, telah kita kembangkan dan terus diujicobakan untuk terus disempurnakan biarpun fakta dan fenomena menunjukkan tingkat keberhasilan secara umum yang bermakna ( Jack R , Model manajemen kesehatan Dokter Keluarga yang strategik, JDKI Vol 1, 2015). Secara prinsip komponen pemberdayaan hidup sehat terdiri dari, upaya :

  1. Informasi kesehatan
  2. Edukasi kesehatan
  3. Motivasi hidup sehat
  4. Mobilisasi hidup sehat
  5. Advokasi hidup sehat
  6. Fasilitasi hidup sehat
  7. Survailan (self assessment, keberhasilan upaya hidup sehat).

Dengan bantuan primbon, pasien sekaligus dapat memantau, menilai dan memperbaiki proses upaya hidup sehat bersama bimbingan tim Dokter Keluarga yang terlatih. Akhirnya dapat dipastikan dengan menggunakan primbon hidup sehat ini, sasaran pelayanan akan lebih mampu mengelola kesehatannya sendiri dengan bimbingan tim kesehatan Dokter Keluarga (kader kesehatan , tenaga paramedis, dokter terlatih), untuk mengelola kesehatannya dan memperkecil resiko rujukan medis serta rawat inap di Rumah Sakit, akhirnya biaya kesehatan akan dapat lebih menurun secara bermakna ( Jack R , model manajemen strategik layanan kesehatan dasar , 2010).

Keempat faktor ini dalam praktek pelayanan kesehatan sesuai dengan pengalaman saya sebagai Dokter Keluarga, masih perlu ditambahkan faktor kelima, yang secara starategis sangat menentukan muncul atau tidaknya penyakit degeneratif lebih dini, seperti yang terjadi pada penyakit diabetes (type 2) atau penyakit degeneratif lain, seperti : tekanan darah tinggi, stroke, jantung, rematik dan bahkan kanker.

Sebab filsafat hidup akan menjadi sumber timbulnya stress (perbedaan angan-angan dan kenyataan) yang dapat menimbulkan kondisi distress, dengan manifestasinya dapat berupa perasaan : khawatir, cemas, was-was, takut, mangkel, marah, dendam, dengki, iri, dst.

Kondisi-kondisi “negatif” ini akan memicu timbulnya hormon adrenalin, yang dapat memacu kinerja sel dan organ tubuh secara “berlebihan” dan penurunan daya tahan tubuh akibat keberadaan hormon kortisol. jSecara fenomenologi, filsafat hidup tersebut sangat berhubungan dengan ciri-ciri psikologi pasien yang : 

  1. Idealistis (yang tinggi)
  2. Perfectionistis(yang tinggi)
  3. Responsibilis(yang tinggi)
  4. Humanistis (yang rendah)
  5. Spiritualisme(yang rendah. Contoh seperti kebiasaan mencampur adukkan rezeki yang “halal dan kurang halal” di kehidupan sehari-hari, dapat berdampak sosial pada kehidupan yang stressfull (Jack R, 2010).

Kelima kriteria kejiwaan tersebut bila terjadi pada individu pasien dan digunakan secara berlebihan, khususnya menjelang usia 40 th, maka akan sering menimbulkan momen perbedaan angan-angan dan kenyataan dalam diri pasien, yang kita sebut stress, dan menimbulkan distress kronis dengan ditandai gejala-gejala subjektif dan objektif, serta diikuti munculnya penyakit degeneratif seperti diabetes, terutama bagi mereka yang ada keturunan bakat diabetes. Sehingga , diperlukan setiap klinik Dokter Keluarga disuatu wilayah menyusun sebuah primbon hidup sehat, dengan algoritma cara berpikir tersebut secara praktis oleh tim kesehatan, dan penting diajarkan pada pasien (sasaran pelayanan), agar mereka dapat menghindari ataupun merawat penyakit diabetes pada dirinya, dengan mengutamakan upaya promotif preventif (pemberdayaan diri), disertai bimbingan tim Dokter Keluarga.

Didalam praktek upaya memberdayakan hidup sehat ini dapat disusun secara berurutan (algoritmis) sesuai dengan prioritas, peranan tiap-tiap faktor didalam mencapai hidup sehat pada pelayanan kesehatan primer. Maka, primbon hidup sehat dapat terdiri dari :

1. Menghindarkan timbulnya stress dan distress, yang menjadi faktor dominan dari penyakit degeneratif ini. Teknik menghindarkan stress dan distress secara spiritual bisa dimulai dengan, membiasakan : Berdoa/ berdzikir sesuai agama masing-masing setiap kondisi “lapang atau sempit“dan dilanjutkan dengan berfikir menggunakan logika, untuk menerima hikmah suatu kejadian psikologis, yang menyebabkan distress dengan berbagai manifestasinya. Dapat dikatakan menghindarkan stress dengan berdoa saja tidak cukup, namun harus diikuti dengan mengambil hikmah dengan cara berpikir logis dan mengambil keputusan untuk diterima, dengan perasaan sabar dan ikhlas, atau menerima keputusan diri dan meyakinkan diri untuk mendapatkan berkah dari yang maha kuasa. Kondisi ini kita sebut sebagai “sabar dan ikhlas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa sabar dan ikhlas merupakan bangunan dasar untuk hidup sehat, diluar faktor-faktor yang lain yang sifatnya lebih mudah “dikendalikan”, dibanding melatih hidup dengan sabar ikhlas.

2. Kebiasaan menggunakan mulut melalui “memilih sesuatu masuk mulut (diet) : dengan yang lebih halal dan thoyib, atau sesuatu keluar dari mulut : yang lebih thoyib, yang dapat mengendalikan penyakit degeneratif termasuk diabetes (doa, dakwah kebaikan lebih baik dibanding mengumpat)

3. Membiasakan olahraga/ bekerja dengan diikuti doa / dzikir minimal 30 menit per hari. Secara fenomenologis, bekerja dan berolahraga dengan doa, akan menekan timbulnya distress saat kegiatan fisik dan pikiran selama bergerak.

4. Membiasakan, makan minum obat-obatan serta jejamuan maupun obat alternatif yang dikonsumsi, dengan hanya advis dari Dokter Keluarga, sehingga diwajibkan untuk tidak mengonsumsi obat-obatan dll, hanya “percaya” mengikuti cerita orang lain. Hal ini perlu dilakukan karena pengalaman praktek, “banyak” kejadian minum jamu dan terjadi komplikasi penyakit diabetes menjadi lebih parah (gagal ginjal) , akibat salah menggunakan obat dan jamu tanpa advis Dokter Keluarga (Jack R, 1998).

5. Kontrol / cek status kesehatan dan laboratorium sesuai dengan advis Dokter Keluarga secara berkala untuk melihat hasil akhir dari kegiatan primbon : pertama, kedua, ketiga sebagai dasar konsultasi/ silaturahmi dengan Dokter Keluarga, untuk menentukan kemajuan atau kemunduran upaya hidup sehat menggunakan primbon ini.

6. Membiasakan konsultasi dengan dokter keluarga atau timnya secara berkala sesuai kondisi dan upaya hidup sehat. Jadwal konsultasi bisa diperpendek kurang dari 1 bulan bila ditemukan progres yang kurang bagus , sebaliknya bila progresnya bagus, maka maksimal 3 bulan sekali harus berkoordinasi dengan tim dokter keluarga untuk menilai perkembangan kesehatan.

7. Membiasakan untuk memberikan dakwah (ceramah singkat), mengenai pengalaman pribadi didalam menggunakan primbon hidup sehat ini kepada orang lain : teman, kerabat, keluarga, dan orang-orang lain yang membutuhkan, agar yang bersangkutan selalu diingatkan untuk selalu hidup sehat dan mampu mengajak hidup sehat kepada yang lain. Konsep dakwah yang berkelanjutan, akan lebih memberi kesempatan pada diri sendiri atau orang lain untuk berpikir dan berperilaku hidup sehat, menghindari penyakit degeneratif khususnya diabetes melitus, sehingga setiap individu akan lebih bermanfaat bila memiliki “buku/ modul” primbon hidup sehat dan melakukan kegiatan serta mencatat hasilnya

Dibawah ini contoh profil dari modul, format, model pemberdayaan kesehatan kita, berupa format “primbon hidup sehat”, berisi algoritma cara berpikir dan bertindak untuk mencegah dan mengelola penyakit diabetes (degeneratif), serta format kolom evaluasi diri dan hasilnya terhadap penyakit diabetes bagi penderita maupun yang masih sehat

Profile Format dan modul (primbon) hidup sehat (Format pemantauan kesehatan dengan algoritma dan primbon hidup sehat), sebagai berikut

Catatan :

  1. Untuk dapat memelihara kesehatan, khususnya mereka yang mendekati usia 40 TH atau lebih, bagi yang sehat atau ada keturunan penyakit tersebut diatas, bahkan yang saat ini sudah menderita sakit tsb, maka lakukanlah 6 langkah (jurus) kegiatan diatas secara teratur, insya allah akan terpelihara kesehatan, bersama tim dokter keluarga
  2. Cara berlatih mandiri menjaga kesehatan anda dengan melubangi format pemantauan kesehatan secara “jujur”, sehingga Tim Dokter Keluarga dapat lebih membimbing kesehatan anda dan keluarga, agar mampu berfilsafat hidup, berpikir dan berperilaku hidup lebih sehat
  3. Dengan cara yang diajarkan dalam primbon ini sebenarnya : “anda sendiri yang dapat memelihara hidup sehat dan merawat kesehatan anda
  4. Obat dan jamu bukan “hal penting” untuk hidup sehat
  5. Tugas utama tim dokter keluarga yang utama adalah mendampingi anda untuk hidup sehat
  6. *) Lampiran modul (baku)

Apakah ini artikel favorite kamu? Ikuti Quiznya dan dapatkan hadiah menginap 2 malam di villa jimbaran bali

Quiz Doktersiaga Award