Diabetes Mellitus (DM) atau dikenal dengan kencing manis merupakan salah satu penyakit metabolik yang memiliki salah satu tanda khas berupa peningkatan kadar gula dalam darah (Hiperglikemia). Terdapat 2 tipe DM, yakni DM tipe 1 (kekurangan insulin mutlak akibat penyakit autoimun) dan tipe 2 (gangguan pada reseptor insulin di sel).

WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 Juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Kementerian Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi DM di daerah urban untuk usia di atas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Papua sebesar 1,7% dan terbesar terdapat di Maluku Utara dan Kalimantan Barat sebesar 11,1%.

Penyakit DM sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia yang akan berdampak pada peningkatan biaya kesehatan. Kualitas sumber daya manusia yang menurun juga akan berakibat produktifitas suatu negara menurun.

Setiap orang harus mengetahui apa saja keluhan yang biasanya timbul pada penderita DM, sehingga bisa mengetahui kondisi kesehatan pribadi. Keluhan klasik penderita DM adalah penderita sering buang air kecil terutama saat tidur malam (poliuri), merasa cepat haus sehingga selalu ingin minum (polidipsi), terasa cepat lapar (polifagi) dan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Keluhan lain yang dapat timbul adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria serta gatal (pruritus) pada kemaluan wanita.

Setelah seseorang mengenali keluhan yang timbul pada penyakit DM, maka harus segera berobat ke dokter untuk memastikan diagnosis dari penyakit tersebut. Kriteria untuk memastikan diagnosis DM adalah 1) Pemeriksaan gula darah puasa dengan nilai ≥126 mg/dl (puasa minimal 8 jam), atau 2) Pemeriksaan gula darah 2 jam setelah tes toleransi glukosa dengan beban glukosa 75 gram dengan nilai ≥ 200 mg/dl, atau 3) Pemeriksaan gula darah sewaktu dengan nilai ≥ 200 mg/dl disertai keluhan klasik, atau 4) Pemeriksaan HbA1c dengan nilai ≥ 6,5%.

Setelah dokter mendiagnosis DM, maka seseorang harus memahami serta melaksanakan pengobatan DM secara teratur dan berkelanjutan. Pengobatan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (pemberian nutrisi dan olahraga) bersamaan dengan pemberian obat anti peningkatan gula darah (hiperglikemia) dengan pemberian oral dan/atau suntikan.

Untuk menerapkan pola hidup sehat khususnya dalam melaksanakan olahraga, maka penderita DM perlu memiliki pengetahuan agar tidak salah dalam pelaksanaannya. Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan, memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali gula darah serta mencegah komplikasi dari penyakit DM seperti hipertensi, peningkatan kadar kolesterol, dan penyakit jantung.

Olahraga merupakan salah satu pilar yang penting dalam pengelolaan DM Tipe 2, apabila tidak disertai adanya nefropati. Jenis olahraga yang dianjurkan bagi penderita DM adalah yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50 – 70% dari denyut jantung maksimal), seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging dan berenang. Cara menghitung denyut jantung maksimal pasien adalah 220 dikurangi usia pasien.

Intensitas dan frekeunsi olahraga harus disesuaikan dengan usia dan tingkat kebugaran jasmani. Jika usia sudah lanjut dan kebugaran jasmani penderita DM buruk maka intensitas dan frekuensi dapat dikurangi, berlaku sebaliknya.

Penderita DM harus melakukan olahraga secara teratur dan berkelanjutan sebanyak 3 – 5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit dengan total 150 menit per minggu. Jeda antar latihan tidak boleh lebih dari 2 hari berturut – turut.

Olahraga merupakan salah satu dari pilar pengobatan diabetes mellitus, selain terapi nutrisi serta pemberian obat anti hiperglikemi secara oral maupun suntikan. Bagi penderita DM, dengan memahami konsep berolahraga yang benar dapat memberikan banyak manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat karena telah turut menggelorakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dengan mengolahragakan masyarakat serta memasyarakatkan olahraga.

Referensi:

  1. Soelistijo S, Novida H, Rudijanto A, dkk. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2015. PERKENI. 2015. Jakarta.
  2. Colberg S, Sigal R, Fernhall B, et al. Exercise and Type 2 Diabetes. Diabetes Care. 2010 Dec;33(12). e147-e167.

Apakah ini artikel favorite kamu? Ikuti Quiznya dan dapatkan hadiah menginap 2 malam di villa jimbaran bali

Quiz Doktersiaga Award