Kanker serviks? Apa sih itu? Menakutkan deh sepertinya. Bagaimana ya itu? Kanker serviks sebetulnya bukan penyakit baru. Keberadaan kanker serviks sudah ada sejak puluhan tahun lalu, namun kesadaran terhadap kondisi ini masih rendah. Di Indonesia, kanker serviks menjadi lebih sering didengungkan belum lama ini sejak meninggalnya salah seorang artis akibat kondisi ini. Yuk, kita bahas lebih detail apa sih kanker serviks itu.

Apa Kanker Serviks Itu?
Secara umum, kanker adalah sebutan umum untuk sekumpulan penyakit yang dicirikan dengan pertumbuhan sel yang tidak normal melebihi batas sewajarnya. Pertumbuhan sel yang tidak wajar tersebut bisa menyebar ke bagian atau organ tubuh lainnya.

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi di serviks/leher rahim, yaitu bagian yang sempit dari rahim dan menjadi pintu masuk dari vagina menuju rahim. Kanker serviks adalah penyakit yang bisa dicegah, namun hingga kini masih menjadi salah satu penyebab kematian utama pada wanita di seluruh dunia.

Seberapa Banyak Penderitanya?
Saat ini penyakit kanker menjadi penyebab kematian tertingggi kedua di seluruh dunia. Kanker serviks dijumpai di berbagai belahan dunia, dengan kejadian paling banyak di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Afrika Timur, Asia Selatan dan Asia Tenggara, serta Pasifik Barat. Tiap tahun, diperkirakan terdapat sekitar 500.000 kasus baru dan 266.000 wanita meninggal di seluruh dunia akibat kanker serviks. Sebagian besar kematian yang terjadi akibat penyakit ini terjadi di negara berkembang karena rendahnya akses kesehatan serta kesadaran untuk pencegahan sejak dini.

Di Indonesia berdasar data dari World Health Organization (WHO) tahun 2014, kanker serviks menjadi penyebab tertinggi kedua kematian akibat kanker pada wanita setelah kanker payudara. Dijumpai 92.200 kematian akibat kanker pada wanita, dengan 10,3% di antaranya disebabkan oleh kanker serviks

Penyebabnya Apa?
Penyebab kanker serviks diketahui adalah infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini memiliki banyak subtipe, dengan subtipe yang paling berbahaya yaitu subtipe 16 dan 18. Infeksi HPV bisa terjadi melalui hubungan intim terutama yang dilakukan di usia muda. Sebagian besar infeksi HPV yang terjadi bisa sembuh dengan sendirinya, namun sebagian kecil dari infeksi tersebut menetap, menjadi cikal bakal kanker/pre-kanker yang apabila tidak tertangani dini, bisa berkembang menjadi kanker dalam waktu 10-20 tahun ke depan.
Beberapa hal yang diduga memicu terjadinya kanker serviks:

  1. Hubungan seksual: kanker serviks diketahui lebih banyak terjadi pada wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali di usia < 18 tahun dan memiliki banyak partner seksual, atau menjalani hubungan seks aktif dengan pria yang memiliki banyak partner seksual
  2. Subtipe HPV yang menginfeksi (subtipe 16 dan 18), karena tidak semua subtipe HPV akan menjadi cikal bakal kanker
  3. Status daya tahan tubuh: orang dengan daya tahan tubuh yang sangat lemah misal pada penderita HIV, diduga lebih berisiko mengalami infeksi HPV yang menetap dan berkembang menjadi kanker

    Infeksi bersamaan dengan penyakit menular seksual lainnya misal herpes simplex/herpes kelamin, chlamydia, gonorrhea
  4. Usia persalinan pertama yang terlalu muda dan kehamilan yang terlalu sering
  5. Merokok
  6. Konsumsi obat kontrasepsi selama > 5 tahun: faktor ini masih menjadi yang terlemah karena belum ada cukup bukti penelitian yang mendukung, sehingga manfaat penggunaan obat kontrasepsi oral masih lebih besar dibanding risikonya yang sangat kecil untuk menjadi pemicu kanker serviks.

Bagaimana Mendiagnosis Kanker Serviks?

1. Dokter akan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan gejala kanker serviks yang dialami. Dari tanya jawab ini dokter bisa mengarahkan diagnosis yang lebih mendalam.
Gejala-gejala yang bisa dialami antara lain:
Kondisi pra-kanker atau cikal bakal kanker umumnya belum memberi gejala
Gejala biasanya muncul setelah menjadi kanker invasif, yang bisa dirangkum sebagai berikut:

Gejala Awal

  • Keputihan berbau
  • Perdarahan vagina yang tidak teratur pada wanita usia reproduktif
  • Flek atau perdarahan yang keluar setelah berhubungan seksual
  • Flek atau perdarahan yang keluar setelah menopause
  • Perdarahan tidak wajar yang terjadi menjelang menopause dan tidak berespon baik terhadap pengobatan

Gejala Lanjut (sesuai desakan/penyebaran kanker ke organ lainnya)

  • Ketidakmampuan menahan kencing
  • Penurunan produksi urin (akibat penyebaran kanker ke sistem saluran kemih)
  • Nyeri punggung hebat
  • Nyeri perut bawah
  • Penurunan berat badan
  • Keluarnya air kencing atau feses melalui kemaluan
  • Pembengkakan anggota gerak bawah
  • Sesak napas (akibat kekurangan kadar zat besi dalam darah atau akibat penyebaran sel kanker ke paru-paru)

2. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendukung diagnosa, umumnya dilakukan dengan pemeriksaan menyeluruh termasuk di sekitar organ kewanitaan.

3. Dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk membantu proses diagnosa. Pemeriksaan penunjang meliputi antara lain kolposkopi (pemeriksaan organ kewanitaan termasuk serviks dengan alat khusus yang bisa menerangi dan memfokuskan area yang diduga mengalami kelainan), biopsi serviks (pengambilan sedikit jaringan serviks untuk diperiksa di bawah mikroskop dan menilai kelainan yg terjadi), dan pemeriksaan penunjang lain yang dirasa perlu sesuai kondisi pasien (misal USG, foto rontgen, CT scan)

Bagaimana Penanganannya?

Penanganan tergantung dari berbagai hal antara lain apakah masih berupa pra-kanker atau sudah menjadi kanker, stadium kanker, ketersediaan fasilitas, pertimbangan dokter dan pasien disesuaikan dengan kondisi pasien secara menyeluruh.

Penanganan yang bisa dilakukan untuk kondisi kanker invasif (tergantung stadiumnya):
Tindakan operasi, Radiasi & Kemoterapi

Bagaimana Pencegahannya?
Kanker serviks adalah penyakit yang dapat dicegah melalui deteksi dini dan penanganan yang sesuai sedini mungkin. Kanker serviks bisa disembuhkan apabila dideteksi sedini mungkin sebelum menjadi invasif.

Langkah pencegahan meliputi:

1. Gaya hidup sehat
Hindari merokok
Menunda mulainya aktivitas seksual terlalu dini dan berhubungan hanya dengan 1 pasangan
Penggunaan alat kontrasepsi sebagai perlindungan terhadap paparan virus (misal kondom, diafragma)

2. Imunisasi HPV
Diberikan sebelum seorang wanita mulai beraktivitas seksual
Direkomendasikan pada usia 9-13 tahun sebanyak 2x pemberian, dengan jarak 6 bulan antara pemberian pertama dan kedua
Pada wanita usia di atas 15 tahun atau yang mengalami daya tahan tubuh sangat lemah (misal pada penderita HIV) pemberian imunisasi dilakukan sebanyak 3x
Imunisasi HPV memberi perlindungan jangka panjang dari risiko kanker serviks

3. Skrining
Direkomendasikan untuk wanita dalam kelompok umur 30-49 tahun yang sudah aktif secara seksual
Beberapa metode: IVA test (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), Pap Smear, pemeriksaan HPV DNA
Pemilihan metode didasarkan pada ketersediaan fasilitas, sumber daya, kelompok usia, serta manfaatnya.
Tergantung metodenya, pemeriksaan bisa diulang tiap 3-5 tahun sekali bila hasilnya negatif
Skrining memungkinkan deteksi dini perubahan sel di sekitar leher rahim sehingga bisa diberikan penanganan yang tepat sedini mungkin serta menekan angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks

Jadi, Bagaimana Kesimpulannya?

Kanker serviks bisa dicegah, namun rendahnya akses kesehatan serta kesadaran untuk pencegahan sejak dini menyebabkan angka kematian akibat kanker serviks banyak terjadi terutama di negara berkembang.

Hubungan seksual di usia dini, bergonta-ganti pasangan seksual, merokok, serta bahayanya subtipe HPV yang menginfeksi dipercaya menjadi pencetus kejadian kanker serviks. Tahap awal kanker serviks seringkali tidak memberi gejala, sehingga diperlukan kesadaran untuk melakukan skrining secara rutin sesuai rekomendasi.

Langkah pencegahan yang bisa dilakukan: gaya hidup sehat, imunisasi HPV, serta skrining/deteksi dini sesuai rekomendasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization, 2017, Cancer, World Health Organization, dilihat 9 Juli 2017, http://www.who.int/cancer/en/
2. World Health Organization, 2014, Comprehensive cervical cancer control: a guide to essential practicel, 2nd ed, dilihat 9 Juli 2017, http://www.who.int/reproductivehealth/publications/cancers/cervical-cancer-guide/en/
3. World Health Organization, 2014, Cancer Country Profiles 2014, World Health Organization, dilihat 10 Juli 2017, http://www.who.int/cancer/country-profiles/en/
4. Rasjidi I, 2009, ‘Epidemiologi kanker serviks’, Indonesian Journal of Cancer, vol. 3, no. 3, hh.104-105.
5. Komite Penanggulangan Kanker Nasional Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Panduan penatalaksanaan kanker serviks, dilihat 10 Juli 2017, http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKServiks.pdf

Sumber gambar : National Geographic Indonesia

Apakah ini artikel favorite kamu? Ikuti Quiznya dan dapatkan hadiah menginap 2 malam di villa jimbaran bali

Quiz Doktersiaga Award