Kanker serviks dimulai dari lapisan sel serviks yaitu bagian terbawah dari uterus, sehingga disebut juga serviks uteri. Bagian serviks yang dekat dengan badan uterus disebut endoserviks dan bagian yang lebih dekat dengan vagina disebut eksoserviks atau ektoserviks.1
Jenis kanker serviks yang utama adalah karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Karsinoma sel skuamosa merupakan yang terbanyak dan terbentuk dari sel-sel di daerah eksoserviks dan dibawah mikroskop sel-sel kanker memiliki ciri-ciri sel skuamous. Sebagian besar karsinoma sel skuamous diawali di zona transformasi yang merupakan tempat dimana terjadi transformasi antara dua epitel yang berbeda yaitu skuamosa dan kolumnar, sedangkan adenokarsinoma berkembang dari sel-sel kelenjar di endoserviks yang memproduksi mukus.
Kanker yang lebih umum dan memiliki ciri diantara keduanya yaitu karsinoma adenoskuamous atau mixed carcinoma.1 Dua (2) tipe sel yang melapisi serviks adalah sel skuamosa (pada eksoserviks) dan sel glandular (pada endoserviks). Sel skuamosa dan sel glandular bertemu pada zona transformasi.5 Lokasi sambungan skuamokolumnar atau zona transformasi ini dapat berubah sebagai respon serviks terhadap berbagai faktor. Terdapat perbedaan lokasi serviks antara anak perempuan pascapubertas dengan wanita menopause. Pada wanita sebelum pubertas, zona transformasi terletak pada ostium servikalis eksterna. Saat pubertas, perubahan bentuk dan volume serviks yang diinduksi estrogen menyebabkan zona transformasi berada di bagian luar ektoserviks. Pada wanita yang sudah tua atau setelah menopause, zona transformasi jauh berada di kanal endoserviks.2
Perkembangan zona transformasi/SCJ (squamocolumnar junction).3,4
Ket : Diagram mengilustrasikan perkembangan zona transformasi sesuai tingkatan usia. Pada saat lahir, zona transformasi berada di kanal endoserviks. Pada remaja atau dewasa muda, epitel kolumnar meniingkat sampai ke ektoserviks. Pada perempuan setelah menopause, zona transformasi kembali berada di kanal endoserviks.
Perkembangan zona transformasi/SCJ (squamocolumnar junction).3,4
Ket : Diagram mengilustrasikan perkembangan zona transformasi sesuai tingkatan usia. Pada saat lahir, zona transformasi berada di kanal endoserviks. Pada remaja atau dewasa muda, epitel kolumnar meniingkat sampai ke ektoserviks. Pada perempuan setelah menopause, zona transformasi kembali berada di kanal endoserviks.
Diagnosis Kanker Serviks
Untuk mendiagnosis terjadinya kanker serviks, anamnesis penting dilakukan agar dapat mengetahui riwayat kesehatan pasien dan keluarga yang berkaitan dengan faktor risiko dan gejala-gejala kanker serviks. Pemeriksaan fisik lengkap juga diperlukan untuk mengevaluasi kesehatan pasien secara menyeluruh. Yang perlu diperhatikan juga pada saat pemeriksaan fisik adalah kelenjar getah bening untuk mengetahui apakah ada kemungkinan telah terjadi metastasis.
Pemeriksaan fisik juga disertai dengan pemeriksaan pelvis atau tes Pap. Tes Pap adalah uji untuk skrining, yaitu untuk mendeteksi sel-sel abnormal di serviks dan tidak digunakan untuk mendiagnosis, sehingga jika tes pap smear abnormal, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti kolposkopi (dengan biopsi) dan endocervical scraping.1
Kolposkopi diindikasikan ketika hasil skrining menunjukkan perubahan sel serviks ke arah abnormal.
Kolposkopi merupakan cara melihat serviks dengan pembesaran khusus melalui alat yang disebut kolposkop. Alat ini menerangi dalam vagina dan ke dalam serviks, memperbesar tampilan normal. Prosedur untuk melakukan kolposkopi sebaiknya pada saat tidak sedang menstruasi sehingga akan sangat baik untuk melihat keadaan serviks. Sehari sebelum tes, sebaiknya tidak melakukan hubungan seks, tidak menggunakan obat-obatan vagina, tidak menggunakan tampon, tidak menyemprot daerah vagina. Pada saat pemeriksaan, dalam posisi litotomi, spekulum akan dimasukkan untuk menahan dinding vagina sehingga bagian dalam vagina dan serviks dapat terlihat, kemudian kolposkop ditempatkan di bagian luar yaitu di permukaan vagina.

Suatu cairan yaitu asam asetat akan diaplikasikan ke serviks dan vagina menggunakan kapas swab, sehingga daerah abnormal pada serviks dapat terlihat dengan mudah. Selama kolposkopi, jika terlihat jaringan yang abnormal, akan dilakukan biopsi pada daerah kanal serviks atau serviks tersebut. Sampel diambil dengan kuret atau sikat halus. Prosedur ini disebut sebagai endocervical curettage (ECC) atau curettage scraping.5
Jika sel-sel abnormal tidak dapat terlihat dengan kolposkopi tetapi ditemukan hasil pap smear atau sel-sel hasil biopsi yang abnormal, atau terlihat dengan kolposkop namun tinggi di dalam kanal serviks, dapat dilakukan conization atau cone biopsy untuk mengambil sampel jaringan serviks dan diperiksa di bawah mikroskop.
Sampel dapat diambil dengan scalpel (pisau bedah), laser CO2 dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau LLETZ (large loop excision of the transformation zone). Interpretasi hasil cone biopsi yaitu CIN 1 untuk displasia ringan/mild dysplasia (tidak banyak terlihat jaringan abnormal), CIN 2 displasia sedang/moderate dysplasia (jaringan abnormal terlihat lebih banyak) dan CIN 3 displasia berat termasuk karsinoma in situ (sebagian besar jaringan terlihat abnormal.6,1
Ketika seseorang terdiagnosis kanker serviks, maka perlu juga dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah telah terjadi metastasis atau tidak, dengan cystoscopy atau proctoscopy, imaging test mencakup CT atau CAT (computed axial tomography) scan, MRI (magnetic resonance imaging) scan, PET (positron emission tomography) dan chest X-ray.7,1
Untuk menentukan seberapa jauh kanker menyebar atau bermetastasis, dapat dilakukan berdasarkan staging, setelah mendapatkan informasi dari pemeriksaan dan uji diagnostik. Dengan staging, dapat ditentukan ukuran tumor, seberapa dalam tumor tersebut menginvasi jaringan dan sekitar serviks, dan penyebarannya ke limfe aau organ terjauh (metastasis). Hal ini penting karena merupakan faktor kunci dalam memilih dan merencanakan terapi.
Terdapat 2 sistem yang digunakan untuk staging sebagian besar kanker serviks yaitu sistem FIGO (International Federation of Gynecology and Obstetrics) dan AJCC (American Joint Committee on Cancer) dengan sistem TNM yang sangat sama.1
Kesimpulan
Diagnosis awal merupakan hal yang penting untuk keberhasilan terapi pada beberapa kanker. Metode yang biasanya digunakan untuk mendiagnosis adalah dengan sitologi, histopatologi, imunohistokimia dan serologi.8 Stadium awal dari kanker serviks dapat asimptomatik, sehingga tidak disadari atau tidak dikenali pasien. Pap smear atau sitologi serviks diikuti tes HPV dan biopsi serviks dapat secara akurat menunjang diagnosis kanker serviks.
Namun, tes pap adalah tes untuk skrining dan bukan untuk mendiagnosis. Metode sitologi serviks untuk skrining kurang bermanfaat untuk mendiagnosis adenokarsinoma, karena adenokarsinoma in situ mempengaruhi daerah serviks yang sukar dijangkau. Hasil pap smear yang abnormal memerlukan pemeriksaan selanjutnya seperti kolposkopi (dengan biopsi) dan gerusan endoservikal.1,9
Terapi pada kanker serviks pada umumnya meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan terapi target. Pada stadium awal kanker serviks, dilakukan pembedahan atau radiasi yang dikombinasikan dengan kemoterapi, sedangkan pada stadium akhir, digunakan radioterapi yang dikombinasikan dengan kemoterapi. Sebagian besar terapi memerlukan tindakan invasif, dengan atau tanpa anastesi, dan masing-masing memiliki kelemahan dan juga efek samping.1
DAFTAR PUSTAKA
- Cancer, W. I. (n.d.). Cervical Cancer What is cervical cancer??
- Fitantra JB. Kanker serviks patogenesis dan prinsip penatalaksanaannya – Medicinesia. 2015
- Yaw J, Jong T. Contraception and Pap. Touro University (NV) [internet]. 2016
- Schiffman, M., Castle, P. E., Jeronimo, J., Rodriguez, A. C., & Wacholde, S. Human papillomavirus and cervical cancer. (2007).
- Felmate CM, Feldman S. Colposcopy. UpToDate. [internet].2016
- Marshall S, Jones K. Cone biopsy (conization) for abnormal cervical cell changes. Available from : www.webmd.com. Last update : march 12,2014.
- Anderson. Cervical cancer diagnosis. Available from : http://www.mdanderson.org . Available on : 29 Maret 2016.
- Akhavan-Niaki H, Samadani AA. DNA Methylation and Cancer Development: Molecular Mechanism. Cell Biochem Biophys. 2013;67(2):501–13.
- NCCN. NCCN Cervical Cancer Clinical Practice Guidelines in Onkology Version 1.2014. J Natl Compr Canc Netw [Internet]. 2014;11(3):320–43. Available from: NCCN.org
Apakah ini artikel favorite kamu? Ikuti Quiznya dan dapatkan hadiah menginap 2 malam di villa jimbaran bali
Quiz Doktersiaga Award